Mengurus Mesin Saja Butuh Waktu 4 Tahun Belajar
www.sditarrahmahlumajang.sch.id | Parenting - "Ketika saya hendak memberikan air untuk orang lain, apakah saya bisa memberikannya tanpa ada air dalam botol minuman saya?", sebuah pertanyaan dari Bu Ida S. Widayati kepada hadirin dalam sebuah seminar.
Jawabannya tentu tidak bisa. Demikianlah dengan mendidik karakter pada anak. Kita tidak bisa menanamkan karakter yang baik pada anak, jika kita tak memiliki karakter yang baik pula.
"Jika menginginkan anak yang memiliki karakter, maka sebagai orang tua harus mengimplementasikannya lebih dulu", lanjutnya.
Dalam bukunya "Mendidik Karakter dengan Karakter", beliau hendak menekankan kepada pembaca, bahwa teladan dari orang dewasa sangat mempengaruhi karakter dan pribadi anak. Mendidik karakter dengan karakter berarti menggunakan keteladanan dalam perilaku dan tindakan sehari-hari untuk mengajarkan nilai-nilai moral dan karakter kepada orang lain, terutama anak-anak. Ini melibatkan tindakan nyata yang mencerminkan nilai-nilai yang ingin ditanamkan, bukan hanya sekadar teori atau ceramah.
Dibanding profesi lainnya, menurut penulis buku Mendidik Karakter dengan Karakter ini, orangtua adalah profesi yang paling tidak tersiapkan dengan ilmu pengetahuan. Akibatnya, orangtua harus belajar justru setelah mereka menjadi orangtua.
“Mengurus mesin saja butuh waktu empat tahun belajar dan jadi sarjana mesin,” ungkap Teh Ida, sapaan akrabnya. Apatah lagi mengurus anak. Maka kita harus terus belajar tanpa henti sebagai orangtua. Begitu juga guru, karena peran guru sama dengan orangtua, maka mereka hanya boleh berhenti belajar ketika sudah pensiun dari pekerjaannya.
Problem keluarga dalam mendidik terus berubah seiring arus zaman dan teknologi. Ini challenge (tantangan) bagi kita untuk terus belajar dan mengurangi kesalahan,” imbuhnya.
Cerdas berkarakter itu terdiri dari tiga unsur yaitu rumah, lembaga pendidikan, dan lingkungan. Tiga hal itulah yang disebut mempengaruhi karakter anak. Karakter anak ditentukan pada masa awal usia anak. Ibarat spons, otak anak masa itu sanggup menyerap informasi apa saja. Di masa itu, dibutuhkan didikan dan asuhan yang berkarakter dari orangtua dan lingkungannya.
Usia 0-7 tahun adalah usia dimana pikiran anak terbentuk melalui apa yang dilihat dan didengar. Jika pada usia tersebut, lanjutnya, anak hanya mendengar kalimat negatif dari orangtua, maka itulah yang membentuk self-talk negatif pada diri anak.
Jadinya timbul rasa minder dan tidak percaya diri anak. Self-talk negatif ini yang bikin anak sulit untuk maju,” ungkapnya.
Pendidikan karakter dengan karakter menekankan pentingnya contoh nyata dalam proses pembelajaran. Berikut beberapa aspek pentingnya:
1. Menjadi Teladan
Pendidik, orang tua, atau figur otoritas lainnya harus menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ingin diajarkan. Jika ingin mengajarkan kejujuran, maka harus jujur dalam setiap tindakan. Jika ingin mengajarkan tanggung jawab, maka harus bertanggung jawab dalam setiap tugas.
2. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung
Selain contoh pribadi, lingkungan sekitar juga berperan penting. Menciptakan lingkungan yang positif, mendukung, dan mempromosikan nilai-nilai karakter yang diinginkan akan memperkuat proses pembelajaran.
3. Mengintegrasikan Nilai dalam Pembelajaran
Nilai-nilai karakter tidak hanya diajarkan secara terpisah, tetapi juga
diintegrasikan dalam berbagai aspek pembelajaran. Misalnya, dalam
diskusi, proyek, atau kegiatan sehari-hari di sekolah atau rumah.
4. Memberikan Penguatan Positif
Memberikan pujian, penghargaan, atau apresiasi ketika melihat perilaku positif yang mencerminkan nilai-nilai karakter yang diajarkan. Ini akan memotivasi individu untuk terus mengembangkannya.
5. Menumbuhkan Kesadaran
Pendidikan karakter juga melibatkan penumbuhan kesadaran akan
nilai-nilai tersebut. Membantu individu memahami mengapa nilai-nilai
tertentu penting dan bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diterapkan
dalam kehidupan mereka.
6. Memberikan Konsekuensi
Setiap tindakan memiliki konsekuensi. Pendidikan karakter melibatkan pemahaman tentang konsekuensi baik dan buruk dari setiap perbuatan. Ini membantu individu memahami dampak dari pilihan mereka.
Dengan mendidik karakter dengan karakter, kita tidak hanya mengajarkan nilai-nilai, tetapi juga membentuk kepribadian yang kuat dan bertanggung jawab, serta siap menghadapi tantangan kehidupan. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah memberikan masukan