BIJAK MENGASUH, BIJAK BERTUMBUH: MEMBANGUN GENERASI TANGGUH DARI RUMAH

“Orang tua yang paling hebat bukan yang sempurna, tapi yang terus belajar memahami anaknya.” 

 

www.sditarrahmahlumajang.sch.id | Parenting - Tujuan utama parenting selain memahami hasil psikotes CPM dan tes sosial-emosional yang sudah dilakukan adalah untuk mengenali potensi dan tantangan anak secara psikologis, membangun pola asuh yang bijak untuk membentuk generasi tangguh, dan yang terpenting juga dapat menerapkan solusi praktis pengasuhan ananda di rumah.

 

Dalam setiap tahapan perkembangan anak, pastilah ada dinamikanya, dan pengaruh orang dewasa dan lingkungan sekitar sangat berpengaruh. Yang perlu dipahami bahwa apapun tahapan tumbuh kembang anak bukan masalah, tapi proses. Anak hiperaktif bukan berarti nakal. Anak yang pemalu bukan berarti tidak percaya diri. Anak yang lambat belajar bukan berarti tidak cerdas. Perilaku anak adalah cerminan dari kebutuhan yang belum terpenuhi. Tidak ada yang lebih baik antara Introvert dan Ekstrovert, karena semua adalah tahapan perkembangan anak. Perilaku tidak ideal bukanlah hukuman, tapi panggilan untuk dibimbing. 

 

Menjadi Orang Tua yang Bijak

Bijak Mengasuh Artinya:

  • Mengasuh berdasarkan kebutuhan anak, bukan ekspektasi sosial. Artinya, orang tua fokus memahami dan memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak—baik secara fisik, emosional, maupun spiritual—tanpa terjebak pada standar atau tekanan sosial, seperti pencapaian akademik semata, perbandingan dengan anak lain, atau gaya pengasuhan yang sedang tren.

    Ini selaras dengan prinsip pendidikan Islami dan pendekatan psikologis modern yang mendorong kepekaan, empati, serta komunikasi dua arah antara orang tua dan anak.

    “Anak tidak dilahirkan untuk memenuhi ekspektasi masyarakat. Mereka hadir dengan fitrah dan kebutuhan unik yang menanti untuk dipahami, bukan dibandingkan.” 
 
  • Mengutamakan koneksi sebelum koreksi. Ini adalah prinsip pengasuhan dan pendidikan yang menekankan pentingnya membangun hubungan emosional yang aman dengan anak sebelum memberikan teguran, nasihat, atau perbaikan perilaku.

    Maknanya:
    ▶ Sebelum orang tua atau guru menasihati atau memperbaiki sikap anak, bangun dulu hubungan yang hangat dan saling percaya.  
    ▶ Anak yang merasa dihargai dan disayangi akan lebih terbuka menerima arahan.  
    ▶ Koreksi tanpa koneksi sering memicu penolakan, marah, atau merasa tidak dimengerti.

    Contoh Praktis:
    - Dengarkan dulu keluh kesah anak sebelum menegur kesalahannya.
    - Tunjukkan empati dan pelukan sebelum memberi nasihat.

    “Ketika anak merasa diterima, dia akan lebih siap diperbaiki. Maka, sambunglah hati sebelum menunjuk salah.”

  • Konsisten dalam aturan, fleksibel dalam pendekatan. Pernyataan ini mengandung prinsip mendidik yang tegas tapi bijak, sangat relevan dalam pengasuhan dan pendidikan anak.

    Maknanya:
    - Konsisten dalam aturan: Aturan dibuat sebagai panduan yang jelas, memberi batasan mana yang boleh dan tidak. Anak butuh kepastian dan struktur untuk tumbuh dengan aman.
    - Fleksibel dalam pendekatan: Cara menyampaikan aturan atau menegur disesuaikan dengan usia, kondisi emosi, dan karakter anak. Tidak semua anak bisa diperlakukan dengan cara yang sama.

    Contoh:
    - Aturan: “Tidak boleh memukul.”
    - Pendekatan ke anak usia 5 tahun: diberi pelukan dan penjelasan sederhana.
    - Pendekatan ke anak usia 10 tahun: diajak diskusi dan diminta introspeksi.

    Nilai yang dibangun:
    ✔ Tertib dan tanggung jawab  
    ✔ Rasa aman dan keadilan  
    ✔ Hubungan yang sehat antara pendidik dan anak

Contoh  nyata : Jika anak sering tantrum : Bukan langsung dihukum, tapi pahami: “Apa yang membuat anak tidak nyaman?”

 

Membangun Generasi Tangguh 

3 Pilar Anak Tangguh dari Rumah: 

  •  Emosi Aman: Ada tempat pulang yang menerima.
Emosi aman berarti seseorang merasa tenang untuk mengekspresikan perasaannya tanpa takut dihakimi, ditolak, atau disalahkan. Dalam keluarga atau sekolah, ini penting agar anak tidak memendam masalah. Rumah atau lingkungan yang penuh kasih. Tempat di mana seseorang kembali bukan hanya secara fisik, tapi juga secara emosional—diterima dan dipahami.
“Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan mencintai kelembutan dalam segala perkara.” (HR. Bukhari dan Muslim)

  •  Mental Kuat: Diajar menghadapi, bukan menghindari masalah.
Mental kuat bukan berarti tidak pernah jatuh, tapi mampu bangkit setelah jatuh. Anak perlu dilatih untuk menghadapi masalah, bukan dibiasakan lari atau selalu diselamatkan dari tantangan.

Allah berfirman dalam QS Al-Baqarah: 286  
  “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…”  
  → Masalah pasti bisa dihadapi, Allah sudah ukur sesuai kemampuan kita.

“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah...” 
(HR. Tirmidzi)    

Ajarkan anak menyelesaikan konflik dengan komunikasi, bukan diam atau menghindar. Bimbing anak menyelesaikan tugas sulit, bukan mengambil alih sepenuhnya. Kembangkan pola pikir growth mindset: kegagalan adalah bagian dari proses belajar.

Kata pepatah: “Anak yang dilatih menghadapi badai akan tumbuh menjadi pelaut tangguh, bukan hanya penumpang yang ketakutan.”
 
  •  Kebiasaan Baik: Disiplin positif, bukan hukuman negatif.
Disiplin positif bukan sekadar memberi konsekuensi, tapi membantu anak memahami makna dari aturan. Fokus pada perbaikan perilaku dan pembentukan kebiasaan baik, bukan balas dendam atau mempermalukan.
Contoh Penerapan Disiplin Positif
- Mengarahkan anak untuk memperbaiki kesalahan, bukan sekadar menghukum.
- Memberikan pilihan, bukan paksaan.
- Memberi konsekuensi logis dan konsisten, bukan emosi sesaat.
- Memuji upaya, bukan hanya hasil, agar anak merasa dihargai dalam proses belajar.

Generasi tangguh = anak yang bisa bangkit, bukan yang tak pernah gagal 
 
Harapan & Perubahan Itu Mungkin
“Abnormal bukan akhir. Setiap anak punya peluang berubah jika kita mengubah pendekatan.”

Perilaku bisa dibentuk dengan pola yang konsisten. Anak adalah peniru terbaik, perubahan dari orang tua sama dengan perubahan pada anak. Anak yang dulu agresif tapi berubah dengan bimbingan dan pendampingan. Peran guru, psikolog, dan orang tua sebagai tim yang solid.
 
Apa yang Bisa Dilakukan Mulai Hari Ini? 
A. Dengarkan anak tanpa langsung menghakimi
B. Luangkan waktu 15 menit sehari untuk ngobrol dari hati ke hati
C. Ciptakan rutinitas yang membuat anak merasa aman
D. Kompak dengan guru & psikolog sekolah 
 
***

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah memberikan masukan

Desain Oleh Masnur Masnur Belajar | Spesial Buat SDIT Ar Rahmah